Time Freedom

tumblr_m7xlif62Vm1qe0hneo1_500Nggak semua orang betah berlama-lama dengan buku. Ada yang tahan menghabiskan waktu berjam-jam membaca, namun ada pula yang membaca judul artikel saja sudah bosan dan bahkan pusing. Saya pun demikian. Saat ini membaca koran menjadi alergi yang makin menjadi. Membaca majalah bisnis pun membuat kepala pusing. Entah apa yang terjadi dengan rangkaian dendrit dan akson dalam kepala Saya :D. But still, reading is my hobby. Karena Saya yakin,dengan membaca (walau hanya 1 halaman) bisa memberikan ilmu, nilai, dan manfaat yang baik untuk diri. Apalagi jika membaca dengan hati yang riang. Dengan hati yang riang maka value nya akan makin meresap dan menginspirasi.

Membaca dengan hati yang riang. Kalau menilik lagi ke dalam diri, Saya jadi mempertanyakan saat ini membaca buku seperti apa yang membuat hati Saya riang? Saya merasa mengalami penurunan yang semakin menurun. Pasalnya makin sedikit saja buku yang Saya baca (hingga tuntas). Stock buku yang sabar menanti untuk dibaca a.k.a waiting list di lemari pun belum beranjak turun jumlahnya. Masih ada beberapa buku finance, novel wayang, novel karangan Ayu Utami, dan ada juga novel Andrea Hirata yang belum terbaca. Bahkan sebagian besar masih terselubung pelastik dengan rapi, dengan bonus aroma kapur barus lemari.

Saat mencoba (memaksakan) mencari penyebab kemalasan Saya membaca, jawaban yang didapat adalah karena kejenuhan akan tema buku yang sudah Saya beli. Kenapa demikian? Karena sebagian besar buku-buku yang Saya beli tidak jauh-jauh dari finance, novel karya pengarang yang saat itu sedang happening, atau cerita wayang. Sedikit berbeda jika menelusuri bacaan Saya saat belia. Dimulai dari karangan Enid Blyton macam Malory Towers, Lima Sekawan, STOP, komik Jepang (hingga saat ini Saya masih mengikuti serial Topeng Kaca), komik Amrik semacam Smurf, Agen Polisi 212, hingga yang bertema sok misteri macam Fear Street.

Tapi alasan kejenuhan tema bisa saja sekedar pembenaran yang dibuat-buat kan? Namun satu hal yang tak terbantahkan adalah jika buku yang Saya beli bertema traveling, atau setidaknya memuat cerita tentang tokoh yang mengelilingi sebagian dunia, pasti novel itu sudah khatam dibaca. Tidak butuh hitungan hari untuk menamatkannya, cukup hitungan jam saja. Misalkan buku Traveler Tale-Belok Kanan Barcelona karya Aditya Mulya, The Journey-Kisah Perjalanan Para Pencerita karya Aditya Mulya, Life Traveler karya Windy Ariestanty, atau buku semacam triloginya A Fuadi mulai dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara yang saat ini sedang Saya baca.

Entah kenapa, tema dan nuansa traveling selalu mampu menjerat Saya (dan suami) dengan sempurna. Mungkin karena saat ini kami tergolong manusia tanpa time freedom akibat menjadi pegawai. Kami berdua terjebak menjadi kuli sehingga waktu yang dimiliki untuk traveling menjadi very slim. Hal itu semakin parah karena Saya terkungkung azas kepatutan untuk mengajukan cuti kepada atasan dengan beban rasa “sungkan tak terkira” walau sebenarnya jatah cuti Saya masih ada 26 hari.

10-things-you-must-pack-when-traveling-around-the-world

Entahlah,,,yang pasti kami berdua punya passion yang sama tentang traveling. Hidup cuma satu kali, dan Tuhan telah menciptakan alam yang begitu luas nan indah, sayang betul rasanya jika tak sempat kaki dan mata ini menikmatinya. Hasrat untuk kabur dari rutinitas kerja terkadang meluap-luap tak terbendung. Mata begitu gatal untuk melihat tanggal kejepit sembari berharap memungkinkan untuk mengajukan cuti. Mengunjungi website maskapai low cost carrier pun menjadi aktivitas rutin Saya, sembari berharap suatu saat kami bisa punya waktu yang unlimited untuk menentukan schedule traveling.

Ya sudahlah, sementara waktu simpan dulu passion ini. Sama seperti apa kata A Fuadi “walau hanya berbisik di hati, sungguh Allah maha mendengar”. Jika genap niat dan usaha kami, insya allah kami akan sampai ke sana. Sure we will, baby… Aamiin ya rabbal alamin..

regards,

Mrs Wardi

Leave a comment